1. Pencemaran
a.
Kondisi
Riil.
Polusi adalah
pencemaran yang diakibatkan oleh limbah atau sampah yang dibuang tidak pada
tempatnya. Biasanya kita mengasosiasikan polusi ini dengan polusi udara,
padahal yang namanya polusi itu segala sesuatu pencemaran mulai dari air,
udara, sampai polusi tanah. Semuanya tentunya sangat berbahaya bagi lingkungan
dan merugikan kehidupan manusia.
Limbah secara
umum adalah limbah mempunyai karakteristik fisik, kimiawi, ataupun biologis
sedemikian rupa sehingga memerlukan penanganan dan prosedur pembuangan khsus
untuk menghindari resiko terhadap kesehatan manusia dan atau efek-efek lain
yang merugikan bagi lingkungan hidup.
Limbah
berbahaya dapat mengakibatkan;
·
Bahaya
akut jangka pendek, seperti toksinitas akut tertelan, tehisap melalui
pernafasan, atau terabsorpsi melalui kulit, karosifvitas atau bahaya lainnya
terhadap kulit atau mata atau risiko kebakaran atau ledakan.
·
Bahaya
jangka panjang terhadap lingkungan (lognternm environmental hazards). Meliputi
toksinitas kronis akibat paparan berulang, karsinogenisitas (dalam beberapa hal
bisa terjadi akibat paparan akut tetapi mampunyai periode laten yang panjang
untuk sampai terjadi efek), tahan/resisten terhadap proses-proses ditoksifikasi
seperti biodegradasi, mempunyai potensi mencemari air bawah tanah atau air
permukaan, atau secara estetik tidak dikehendaki misalnya karena bau yang tidak
sedap.
Udara pada
lingkungan tercemar oleh zat-zat polutan sehingga tidak bersih lagi dan
merupakan gangguan bagi makhluk hidup/manusia sekitarnya. Dengan kemajuan
teknologi pada masa kini, polusi udara telah menimbulkan banyak kekhawatiran
terutama di daera daerah industri.
Penyebab
polusi udara dapat terjadi akibat dari, yaitu;
·
Kendaraan
bermotor
Semua
kendaraan bermotor yang memakai bensi dan solar akan mengeluarkan gas CO,
Nitrogen Oksida, blerang dioksida dan partikel-partikel lain dan sisa
pembakarannya. Unsur-unsur ini bila mencapai kuantum tertentu dapat merupakan
racun bagi manusia atau hewan. Sebagai contoh gas CO merupakan racun bagi
fugnsi-fungsi darah, SO2 dapat menimbulkan penyakit sistem pernapasan.
·
Pabrik-pabrik
industri
Bagi pabrik
industri yang di antara bahan bakunya banyak menggunakan zat-zat kimia organik
maupun anorganik. Sebagai hasi pengelolaannya selain menghasilkan produk-produk
yang berguna bagi kepentingan hidup manusia juga dikeluarkan produk-produk yang
tidak berguna malahan dapat berupa racun. Produk-produk yang tidak berguna ini
jelas akan dibuang dan bisa merusak lingkungan, berupa gangguan pada kehidupan
dan kelestarian lingkugan bila tanpa pengendalian.
Berbagai
bentuk penyakit akan timbul pada masyarakat di sekitar pabrik atau pada pekerja
sendiri akibat masuknya zat-zat buangan ini ke dalam tubuh. Misal dengan
timbulnya apa yang disebut penyakit Pneumokoniosis, yaitu segolongan penyakit
yang disebabkan oleh penimbunan debu-debu dalam paru-paru.
Untuk
menentukan apakah orang tersebut terserang penyakit paru-paru akibat penimbunan
debu dalam paru-paru, tidak mudah kalau hanya berdasarkan kelainan-kelainan yang
terjadi pada tubuh. Harus ada riwayat pekerjaan atau lingkungan tempat tinggal
ang selalu mereka gunakan atau sering berurusan dengan debu-debu yang
membahayakan misalnya pernah bekerja atau pernah tinggal di sekitar
petambangan, di pabrik keramik dan lain-lain.
Kelainan yang
terjadi pada tubuh bergantung pada banyaknya debu yang timbul dalam paru-paru,
makin luas bagian paru yang terkena makin hebatlah gejala-gejalanya, walaupun
hal itu tidak selalu benar. Gejala yang timbul, antara lain batuk-batuk kering,
sesak napas, kelelahan umum, berat badan yang turun, banyak berdahak dan
lain-lain.
Untuk
pengobatan secara khusus terhadap penyakit ini boleh dikatakan tidak ada.
Pemberian obat-obatan umumnya hanya ditujukan untuk mengurangi penderitaan dan
gejala-gejala yang timbul. Satu-satunya tindakan adalah yang bersangkutan tidak
lagi mengisap debu berbahaya tadi.
Dengan
demikian pencegahan merupakan hal yang perlu diutamakan. Biaya pencegahan
relatif tidak seberapa bila dibandingkan dengan akibat penyakit ini.
b.
Keterkaitan.
Inefficiency
dalam pengolahan limbah.
c.
Ideal.
Secara umum
pencemaran udara diartikan sebagai udara yang mengandung satu atau beberapa zat
kimia dalam konsentrasi tinggi, sehingga mengganggu manusia, hewan, tumbuhan
dan makhluk hidup lainnya di dalam suatu lingkungan. Oleh karena itu diperlukan
usaha-usaha untuk mencegah pencemaran udara ini.
Berikut usaha pencegaran pencemaran udara yang dapat
kita lakukan, yaitu;
·
Mengurangi
pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gas-gas polutan
lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan.
·
melakukan
penyaringan asap sebelum asap dibuang ke udara dengan cara memasang bahan
penyerap polutan atau saringan;
·
Mengalirkan
gas buangan ke dalam air atau dalam lauratan pengikat sebelum dibebaskan ke
air. Atau dengan cara penurunan suhu sebelum gas buang ke udara bebas;
·
Membangun
cerobong asap yang cuup tinggi sehingga asap dapat menembus lapisan inversi
thermal agar tidak menambah polutan yang tertangkap di atas suatu pemukiman
atau kita;
·
Mengurangi
sistem transportasi yang efisien dengan menghemat bahan bakar dan mengurangi
angkutan pribadi;
·
Memperbanyak
tanaman hijau di daerah polusi udara tinggi, karena salah satu kegunaan
tumbuhan adalah sebagai indikator pencemaran dini, selain sebagai penahan debu
dan bahan partikel lain.
·
Produksi
Bersih merupakan tindakan efisiensi pemakaian bahan baku, air dan energi, dan
pencegahan pencemaran, dengan sasaran peningkatan produktivitas dan minimisasi
timbulan limbah. Istilah Pencegahan Pencemaran seringkali digunakan untuk
maksud yang sama dengan istilah Produksi Bersih. Demikian pula halnya dengan
Eco-efficiency yang menekankan pendekatan bisnis yang memberikan peningkatan
efisiensi secara ekonomi dan lingkungan. Pola pendekatan produksi bersih
bersifat preventif atau pencegahan timbulnya pencemar, dengan melihat bagaimana
suatu proses produksi dijalankan dan bagaimana daur hidup suatu produk.
Pengelolaan pencemaran dimulai dengan melihat sumber timbulan limbah mulai dari
bahan baku, proses produksi, produk dan transportasi sampai ke konsumen dan
produk menjadi limbah. Pendekatan pengelolaan lingkungan dengan penerapan
konsep produksi bersih melalui peningkatan efisiensi merupakan pola pendekatan
yang dapat diterapkan untuk meningkatkan daya saing.
2. Penipisan
Cadang Mineral.
a.
Kondisi
Riil
Harga minyak telah melonjak dan
industri segera mencari sumber energi baru. Apa yang bisa menjadi mendatang
untuk menggantikan bensin menjalankan mobil Anda?
Sudah ada banyak pembicaraan bahwa air
bisa menjadi komoditas masa depan dan akan keuntungan seperti minyak. Ada banyak
peneliti yang melihat bahwa tubuh berkurang air tertentu adalah sama dengan
penipisan cadangan minyak. Mari kita melihat ketersediaan sumber daya.
70% dari bumi saat ini ditutupi dengan
air, tetapi hanya 3% yang layak untuk dikonsumsi manusia. Dari 3%, 2 / 3 dari
itu masih beku dan sebagian besar gletser dan selubung es. Oleh karena itu
kira-kira hanya 1% dari itu akan tersedia untuk digunakan manusia. Bagaimana
dengan sisa 97%? Mereka tidak cocok untuk minum atau untuk penggunaan
pertanian. Sehingga Anda dapat melihat sebenarnya ada banyak sumber daya yang
tersedia. Namun, ada beberapa Lingkungan yang melihat penyalahgunaan lingkungan
air yang sama seperti penyalahgunaan dan limbah minyak.
Setiap hari orang menggunakan bensin
untuk semua jenis penggunaan. Apakah Anda sadar bahwa cadangan minyak menipis
dan sebenarnya dunia akan segera menghadapi krisis minyak? Meskipun akan
memakan waktu bertahun-tahun terjadi tapi satu hal yang pasti, harga bensin
akan terus meroket karena menghabiskannya. Namun, air juga perlahan-lahan
mengalami jenis yang sama eksploitasi sebagai akibat dari penggunaan yang tidak
terkontrol minyak dan bahan bakar lainnya. Sebagai kegiatan industri meningkat,
lebih pembakaran bahan bakar fosil telah menyebabkan pemanasan global. Terburuk
dari semua, itu juga menyebabkan perubahan iklim yang membawa curah hujan
terlalu banyak untuk beberapa tempat dan sedikit di lokasi lain. Semua ini juga
telah menyebabkan kontaminasi air.
Terlepas dari semua di atas, air masih
menjadi komoditi yang sangat panas di masa depan. Perusahaan peralatan besar
seperti General Electric sudah menatap pada kesempatan ini. Pasar seperti
distribusi air minum, pengelolaan, pengolahan limbah dan pertanian sudah sedang
aktif dikembangkan di seluruh dunia. Diperkirakan bahwa industri ini hampir
pasar lebih dari $ 500 miliar dan tumbuh pada kecepatan kilat. Perusahaan
seperti perusahaan berbasis Singapura - Sembcorb Industri, Zurich basis Asset
Management berkelanjutan dan Jepang-Belanda perusahaan Consulting semua menuangkan
banyak pembangunan ke dalam air yang berhubungan dengan bisnis.
Seperti air menjadi privatisasi, maka
akan bertabrakan dengan hak air global manusia. Orang-orang berdebat bahwa air
adalah penting bagi kehidupan manusia dan distribusinya harus dibuat tersedia
untuk umum dan bukan hanya orang kaya yang mampu air. Jika ini benar-benar
terjadi, daripada orang miskin mungkin tidak memiliki air minum yang aman
sebagai air minum akan menjadi citra mewah dan menonjol dalam periklanan.
Sekarang, jika air lebih lanjut
industrialisasi sebagai suplemen untuk bensin, itu akan lebih dalam konflik
antara gas, minyak dan air. Apakah atau tidak air akan menjadi "minyak
biru" untuk masa depan sumber atau baru gas, kita masih harus menjaga
sumber utama hidup kita dan kebutuhan. Ini adalah untuk memastikan bahwa kita
tidak ingin mengalami apa yang kita hadapi sekarang di industri bensin yang
berperang melawan tingginya harga komoditas. Kami tidak ingin air menjadi salah
satu komoditas satu hari.
b.
Keterkaitan
Over Consumptions
c.
Ideal
Air sangat berfungsi dan berperan bagi
kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Penting bagi kita sebagai manusia untuk
tetap selalu melestarikan dan menjaga agar air yang kita gunakan tetap terjaga
kelestariannya dengan melakukan pengelolaan air yang baik seperti penghematan,
tidak membuang sampah dan limbah yang dapat membuat pencemaran air sehingga
dapat menggangu ekosistem yang ada.
3. Kontaminasi
Pestisida
a.
Kondisi
Riil
Pencemaran lingkungan terutama lingkungan pertanian disebabkan oleh
penggunaan bahan-bahan kimia pertanian. Telah dapat dibuktikan secara nyata bahwa
bahan-bahan kimia pertanian dalam hal ini pestisida, meningkatkan produksi
pertanian dan membuat pertanian lebih efisien
dan ekonomi. Pencemaran oleh
pestisida tidak saja pada lingkungan
pertanian tapi juga dapat membahayakan kehidupan manusia dan hewan
dimana residu pestisida terakumulasi pada produk-produk pertanian dan pada
perairan.
Peningkatan kegiatan agroindustri
selain meningkatkan produksi pertanian juga menghasilkan limbah dari kegiatan
tersebut. Penggunaan pestisida, disamping
bermanfaat untuk meningkatkan produksi pertanian tapi juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
pertanian dan juga terhadap kesehatan manusia.
Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak
semua pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20% pestisida mengenai sasaran
sedangkan 80% lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida
tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam
rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai
penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency
Syndrom) dan sebagainya.
Pada masa sekarang ini dan masa
mendatang, orang lebih menyukai produk pertanian yang alami dan bebas dari
pengaruh pestisida walaupun produk
pertanian tersebut didapat dengan harga yang lebih mahal dari produk pertanian yang menggunakan
pestisida.
Pestisida yang paling banyak
menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah
pestisida sintetik, yaitu golongan
organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa organoklorin lebih tinggi
dibandingkan senyawa lain,
karena senyawa ini
peka terhadap sinar matahari dan
tidak mudah terurai.
Penyemprotan dan pengaplikasian dari
bahan-bahan kimia pertanian selalu berdampingan dengan masalah pencemaran
lingkungan sejak bahan-bahan kimia
tersebut dipergunakan dilingkungan. Sebagian besar bahan-bahan kimia pertanian yang
disemprotkan jatuh ke tanah dan
didekomposisi oleh mikroorganisme. Sebagian menguap dan menyebar di atmosfer dimana akan diuraikan oleh sinar
ultraviolet atau diserap hujan dan jatuh
ke tanah.
Pestisida bergerak dari lahan
pertnaian menuju aliran sungai dan danau
yang dibawa oleh hujan atau penguapan, tertinggal atau larut pada
aliran permukaan, terdapat pada lapisan
tanah dan larut bersama dengan aliran
air tanah. Penumpahan yang tidak disengaja atau membuang bahan- bahan
kimia yang berlebihan pada permukaan air akan meningkatkan konsentrasi
pestisida diair. Kualitas air dipengaruhi oleh pestisida berhubungan dengan
keberadaan dan tingkat keracunannya, dimana kemampuannya untuk diangkut adalah
fungsi dari kelarutannya dan kemampuan diserap oleh partikel-partikel tanah.
b.
Keterkaitan.
Inefficiency dalam penggunaan
pestisida.
c.
Ideal.
Peraturan dan cara-cara penggunaan
pestisida dan pengarahan kepada para
pengguna perlu dilakukan, karena banyak dari pada pengguna yang tidak mengetahui bahaya dan dampak negatif
pestisida terutama bila digunakan pada konsentrasi yang tinggi, waktu
penggunaan dan jenis pestisida yang digunakan. Kesalahan dalam pemakaian dan
penggunaan pestisida akan menyebabkan pembuangan residu pestisida yang
tinggi pada lingkungan pertanian
sehingga akan menganggu keseimbangan lingkungan dan mungkin organisme yang akan
dikendalikan menjadi resisten dan bertambah jumlah populasinya.
4. Berkurangnya
Cadangan Makanan
a.
Kondisi
riil.
Bicara makan, maka saat ini kita
sedang dihadapkan dengan dunia yang tua, bumi (tanah) yang sudah sempit,
rusak, dan (seperti dicemaskan) tak
mampu lagi memenuhi permintaan penduduk
dunia yang tumbuh pesat. Meski ada teknologi, namun lahan tetap menjadi hal
utama yang tak dapat diabaikan perannya dalam peningkatan produksi pangan.
Meningkatnya insiden kelaparan dunia,
yang melonjak sekitar 200 juta dalam 2 tahun terakhir -- yang dipicu oleh
kombinasi dari tingginya harga pangan, krisis finansial, menipisnya cadangan
energi, dan perubahan iklim – adalah momok yang mengerikan. Disamping berbagai
faktor yang telah disebutkan tadi, salah-satu yang juga menjadi pangkal
masalahnya adalah soal tanah (lahan) untuk pertanian.
Di Bumi Pertiwi ini, lahan masih
terbentang luas untuk digarap, meski untuk itu kita pun tak lepas dari berbagai
perdebatan, diantaranya soal isu lingkungan dan sebagainya. Apabila lahan yang
dimiliki petani memadai, maka volume komoditas yang dihasilkan akan meningkat
linier dengan pendapatan. Dengan demikian, swasembada beras yang sudah dicapai
dapat dipertahankan. Cukup banyak terobosan baru yang dilahirkan oleh para
penentu kebijakan di negeri ini dalam rangka antisipasi ancaman rawan pangan di
masa depan.
b.
Keterkaitan.
Over Populations
c.
Ideal.
pencetakan sawah baru di wilayah
tertentu, pembukaan lahan gambut, food estate dan sebagainya. Dalam hal
mendorong upaya budidaya di tingkat petani, selain memberi penyadaran serta
sosialisasi teknis melalui penyuluhan, berbagai sarana produksi pun tersedia,
mulai dari benih hibrida, pupuk, serta sarana perlindungan tanaman dengan
berbagai teknologi terkini. Tak cukup sampai di situ, promosi keanekaragaman
pangan (diversifikasi) pun digalakkan agar beban konsumsi yang semata-mata
tertumpu pada beras dapat dikurangi, karena masih banyak jenis bahan pangan
lain yang dapat dimanfaatkan di Bumi Pertiwi ini.
Harapannya adalah, bagaimana ketahanan
pangan anak bangsa dapat diciptakan.
Kalau hal tersebut memang terwujud,
maka prospek besar pun terbentang di depan mata. Bumi Pertiwi, tempat kita
berpijak ini akan menjadi harapan makhluk bernama manusia sejagat raya. Mengapa
tidak? Karena saat ini dan dimasa mendatang, ratusan juta manusia di berbagai
negara terancam kelaparan akibat rawannya persediaan bahan pangan. Apalah
artinya sebuah negara adidaya -- dengan kelebihan dana, kecanggihan teknologi,
serta industri yang kuat, bila ternyata mereka tidak memiliki ketersediaan
bahan pangan yang cukup?
Dalam hal diversifikasi pangan,
sedapatnya kita mengupayakan agar tidak selalu mengkonsumsi beras, tapi
digantikan nasi jagung, sagu, ubi jalar, sukun, pisang, labu kuning dan
sebagainya. Semangat diversifikasi pangan telah bergema – mungkin -- sejak
puluhan tahun belakangan, namun sayang, gaung tersebut tampaknya belum mampu
memberikan dampak berarti bagi perilaku konsumen di negara kita, terutama dalam
hal keragaman pangan yang dikonsumsi.